DISKUSI PUBLIK FRIEDRICH NIETZSCHE


LPM_Laun. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Al-Muslihuun Tlogo Blitar menggelar diskusi publik bertema Friedrich Nietzsche, dengan menghadirkan Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Bongkar dan Ketua Sekolah Filsafat Jalan Blitar (SFJ) sebagai pemantik. Acara ini diselenggarakan pada Sabtu, 25 Oktober 2025, di Kampus STIT Al-Muslihuun Tlogo Blitar.

Meskipun diguyur gerimis, semangat para peserta tidak surut untuk berdiskusi membahas karya-karya tokoh filsuf Friedrich Nietzsche, di antaranya On the Genealogy of Morals dan Thus Spoke Zarathustra. Dalam forum tersebut, teori-teori dari kedua buku itu dikaji dan direlevansikan dengan kondisi era kontemporer.

Selain dihadiri oleh mahasiswa STIT Al-Muslihuun dan kader PMII, acara ini juga turut diikuti oleh anggota Sekolah Filsafat Jalan (SFJ) beserta tokohnya, Jesus Anam, yang semakin menghidupkan suasana diskusi.

Diskusi diawali oleh Bung Asyif Suja’i, selaku Ketua SFJ, yang menjelaskan tentang konsep moralitas tuan dan budak dalam karya Nietzsche On the Genealogy of Morals. Ia memaparkan bahwa moralitas tuan bersifat afirmatif dan mampu menciptakan nilai-nilainya sendiri, sementara moralitas budak bersifat reaktif, mendefinisikan dirinya sebagai kebalikan dari apa yang dianggap “jahat” oleh moralitas tuan.

Pemantik kedua, Zaka Ali Ridho, selaku Ketua BEM STIT Al-Muslihuun, membahas konsep Ubermensch dalam karya Thus Spoke Zarathustra. Ia menjelaskan bahwa Ubermensch menggambarkan tujuan evolusi manusia untuk melampaui batas-batas moralitas tradisional. Seorang Ubermensch adalah individu yang mampu menciptakan nilai-nilainya sendiri, menjadi tuan atas nasibnya, serta tidak terikat pada ajaran atau nilai-nilai lama yang sudah usang.

Selanjutnya, Muhammad Fashihudin, selaku pemantik ketiga sekaligus Ketua PMII Komisariat Bongkar, membahas relevansi teori Ubermensch dan struktur moral dalam era kontemporer. Menurutnya “Teori Ubermensch dapat dijadikan relevansi signifikan dalam struktur moral era kontemporer, dengan cara menghadirkan kritik terhadap nilai-nilai konvensional serta mendorong pembentukan nilai-nilai baru yang otonom. Namun demikian, relevansi ini juga harus disertai dengan berbagai bentuk kontroversi dan intervensi."


Penulis: Sil

Edit by: Mas Dim

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement