KESULITAN BELAJAR SISWA MA DAN MTs SIROJUTH THOLIBIN TERUNGKAP DALAM OBSERVASI PSIKOLOGI BELAJAR


Doc. Wawancara dengan siswa MA Sirojuth Tholibin 
LPM Laun_ 19 November 2025 Hasil observasi Psikologi Belajar yang dilakukan pada dua peserta didik di lingkungan Pesantren Sirojuth Tholibin, Bacem, Sutojayan, Blitar mengungkap berbagai kesulitan, motivasi, hingga faktor lingkungan yang mempengaruhi capaian belajar mereka. Temuan tersebut diperoleh dalam rangkaian tugas Ujian Tengah Semester (UTS) mata kuliah Psikologi Belajar Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Al-Muslihuun Tlogo Blitar.

Siapa yang Diobservasi?

Dua siswa menjadi sampel dalam observasi ini, yaitu Riandika Yuda Pratama, siswa kelas 12-1 Madrasah Aliyah (MA) Sirojuth Tholibin, serta Kuni Asian Nufus, siswi kelas 8B Madrasah Tsanawiyah (MTs) Sirojuth Tholibin. Keduanya merupakan santri yang juga tinggal di pesantren yang sama.

Apa Kesulitan Belajar Mereka?

Berdasarkan pendalaman wawancara, Riandika mengaku mengalami kesulitan pada mata pelajaran yang penuh hitungan seperti Matematika, Fisika, Biologi, dan Bahasa Inggris. Ia menyatakan sejak kecil tidak menyukai hitungan. Sementara itu, Kuni mengalami kesulitan pada matematika dan Bahasa Jawa, terutama pada bagian aksara Jawa.

Mengapa Mereka Kesulitan?

Dari sudut pandang psikologi belajar, kedua siswa menghadapi hambatan yang sebagian besar dipengaruhi lingkungan, baik lingkungan pondok maupun pergaulan. Riandika menyebut 25% materi tidak ia pahami karena banyaknya rumus dan minimnya kebiasaan belajar di pondok. “Aku kat mbien gak tek demen itung-itungan Mas,” ujarnya.

Sementara Kuni merasa pikirannya kadang terpecah oleh kegiatan pondok dan faktor luar kelas. Meski gemar belajar sejak dulu, ia menyebut konsentrasinya sering terganggu oleh banyaknya hal yang dipikirkan.

Bagaimana Kebiasaan dan Motivasi Belajar Mereka?

Riandika jarang belajar di pondok, karena terlalu banyaknya waktu yang dihabiskan untuk nongkrong bersama teman. Namun, ia tetap merasa pembelajaran lebih mudah dipahami jika guru menyampaikan materi secara menarik. Ia juga mengaku, belajar bukan karena mengejar nilai, melainkan karena menyukai cara guru mengajar.

Kuni memiliki motivasi intrinsik yang lebih kuat. Ia belajar karena sudah menjadi kebiasaan sejak kecil dan ingin mengamalkan ilmu untuk adik-adik tingkat di pesantren. Meski tidak ambisius mengejar nilai, ia tetap pernah mendapatkan penghargaan ketika nilai akademiknya bagus.

Bagaimana Interaksi Sosial Mereka di Kelas?

Keduanya memiliki hubungan baik dengan guru dan teman-temannya. Riandika tidak pernah mengalami masalah sosial di kelas. Sementara Kuni mengaku kadang ada kesalahpahaman kecil dengan teman, tetapi dapat diselesaikan.

Apa Tujuan Mereka di Masa Depan?

Riandika bercita-cita menjadi pemandu wisata, sehingga membutuhkan kemampuan komunikasi dan bahasa Inggris yang lebih baik. Adapun Kuni berkeinginan berbagi ilmu kepada adik-adik tingkat sebagai bentuk pengabdian.

Bantuan Apa yang Dibutuhkan?

Dari hasil pengamatan, keduanya membutuhkan bantuan tambahan, seperti: Les atau tutoring, terutama pada mata pelajaran Matematika dan Fisika, media pembelajaran visual yang interaktif, diskusi kelompok untuk memecahkan soal-soal, pendampingan aksara Jawa bagi Kuni, dan strategi pembelajaran serta cara memanajemen waktu.

Apa Rekomendasi untuk Calon Pendidik?

Penelitian ini menyarankan calon pendidik untuk:

1. Membuat pembelajaran interaktif, kreatif, dan menyenangkan.

2. Menggunakan media yang menarik agar siswa lebih mudah memahami konsep.

3. Memberikan penjelasan yang lugas dan jelas.

4. Memahami karakteristik tiap peserta didik untuk memberikan bantuan yang tepat.

5. Menjadi guru yang asik dan peduli, sebab gaya mengajar sangat mempengaruhi motivasi siswa.

Observasi ini menunjukkan bahwa kesulitan belajar bukan hanya dipengaruhi oleh kemampuan akademis, tetapi juga lingkungan, psikologis, serta cara penyampaian guru. Dengan pendekatan pembelajaran yang lebih komunikatif dan adaptif, proses belajar dapat menjadi lebih efektif, terutama bagi siswa yang juga menjalani aktivitas di pesantrenan.


Penulis: Ubaid Dimas Romandhan 

Edit: Silmi Jaziroh

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement